Inilah Kesaktian Keris Cahya Buwana Milik Jokowi

Pijaran api saat besi ditempa menandakan bahwa wahyu kederajatan telah ada di dalam tiga logam bahan dasar pembuatan keris pusaka Cahya Buwana. 

Pusaka Cahya Buwana dengan dapur Pasopati yang dipersembahkan untuk Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) dari paguyuban Tosan aji Bowo Roso Surakarta menjadi satu pertanda, bahwa akan terjadi nunggak semi (tumbuh dari sebuah pertanda) kepemimpinan bangsa ini ke depan.

Keris Pusaka Cahya Buwana bukanlah sembarang keris biasa, namun munculnya keris Cahya Buwana semata mata berdasarkan wisik yang diterima para tokoh spiritual, empu dan budayawan yang tergabung dalam Paguyuban Bowo Roso. Mereka saat itu tengah menggelar laku spiritual pada saat pencalonan Joko Wi menjadi Gubernur DKI.

“Ketika itu beberapa orang yang tergabung dalam Bowo Roso memperoleh pertanda ghaib, saat mereka tengah menjalani laku ritual di Pertapaan Pringgondani, Gunung Lawu,” kata Djoko Suyanto, ketua paguyuban Bowo Roso.

Lebih lanjut mantan Camat Ngargoyoso tersebut menceritakan, berbagai keanehan ghaib terjadi saat rombongan pelaku ritual menempuh perjalanan dari desa Blumbang ke Pringgondani. Keanehan ini seakan akan menjadi satu pertanda, bahwa kelak salah satu putra terbaiknya dari Solo, akan menjadi orang yang terpilih untuk memimpin bangsa ini ke depan.

Terbukti, ketika para pelaku ritual tiba di pos satu Pringgondani, empat ekor lutung (kera) entah darimana datangnya tiba tiba berada di dalam barisan pembawa sesaji, turut serta mengikuti prosesi kirab sesaji di Pertapaan Pringgondani.

Keanehan itu tak hanya berhenti sampai di sini saja, saat seluruh rombongan tiba di monumen garuda yaksa, sebuah sinar terang menyala berwarna biru memancar dari monument garuda yaksa hingga ke atas langit. Sinar tersebut adalah sebuah pertanda ghaib, bahwa kelak dari kepemimpinanya akan menjadi terang bagi dunia (Cahya Buwana) dan negara yang dipimpinya. Munculnya berbagai pertanda ghaib tersebut, maka ide pembuatan keris akhirnya tercetus dari pemimpin Bowo Roso, setelah melalui berbagai kajian spiritual.

Pusaka yang oleh Djoko Suyanto kemudian diberinama Pusaka Cahya Buwana ini, berdasarkan sinar terang menyala yang kala itu dilihatnya bersama dengan para pelaku ritual. Sedangkan dapur Pasopati yang terdapat dalam bilah keris sengaja dibuat agar menjadi simbol sebagai seorang kstaria yang teguh, berbudi luhur, senantiasa dekat dengan rakyatnya.

Tetapi satu yang memiliki peran penting di balik pembuatan keris Pusaka Cahya Buwana tersebut adalah empu atau pembuatnya.

Empu yang menempa keris Cahya Buwana bukanlah empu sembarangan, setelah melaui prosesi ritual wilujengan, ketiga logam dasar keris tersebut terlebih dulu harus disanggarkan ke Candi Sukuh dan Candi Cetho, agar memperoleh kekuatan ghaib dari para empu–empu terdahulu. Sekaligus menunjuk siapa empu yang akan menempa keris Cahya Buwana.

Saat itu disepakati dan ditunjuk Empu KRAT Fauzan Puposukadgo sebagai empu yang akan menempa keris Cahya Buwana untuk Jokowi. Namun sebelum prosesi penempaan dilakukan, beberapa bahan metalurgi terbaik dicari dan didapatkan, baja terbaik dari Jepang dengan campuran besi dan nikel dari Indonesia.

Namun untuk mengawali proses penempaan, Kanjeng Raden Aryo Tumenggung Faudzan Pusposukadgo, terlebih dulu juga harus menjalani laku prihatin, menyatu dengan logam yang hendak di tempanya, agar keris Cahya Buwana terwujud seperti apa yang diinginkan sang empu.
“Cipta dan kekuatan batin seorang Empu sangat mempengaruhi guratan pamor, serta nilai spiritual yang dibawa oleh keris Pusaka Cahya Buwana,” terang Djoko Suyanto.

Keris Tanpa Luk
Empu senior yang memperoleh julukan Dewa Keris dari para pengrajin tosan aji di Madura ini menceritakan, selama ini dirinya sempat berhenti menempa keris sejak tahun 1997. Selama lebih dari lima belas tahun Pusposukadgo telah menempa ratusan bahkan ribuan keris di Besalen Suralaya, milik Panembahan Agung Go Tik Swan.

Namun memasuki tahun 1997, Pusposukadgo kemudian menutup Besalen Suralaya (tempat untuk menempa keris) pasca wafatnya Penembahan Agung.

Dan ketika di usianya yang telah memasuki 72 tahun, Fauzan diminta oleh para penerusnya untuk membuka kembali Besalenya, setelah sekian lama absen dari dunia tosan aji.

Alasan untuk membuka kembali Besalen Suralaya, tak lain adanya ide pembuatan keris Pusaka Cahya Buwana oleh Forum Paguyuban Bowo Roso, yang dimotori oleh IA.Djoko Suyanto.

Awal sebelum prosesi penempaan ketiga logam bahan dasar keris dilakukan beberapa tokoh spiritual, pengrukti tosan aji, budayawan dan empu-empu di Jawa berkumpul di Besalen Suralaya dalam rangka upacara wilujengan dimulainya pembuatan keris Cahya Buwana.

Keris dengan dapur Pasopati, pamor gabah sinawur sarat dengan makna dan filsafat yang sangat dalam. Pamor gabah sinawur sengaja dibuat oleh Empu Fauzan sebagai harapan hati agar pemilik keris Cahya Buwana mampu melebur dengan rakyatnya, mengayomi rakyatnya, sekaligus menjadi suri tauladan bagi rakyatnya.

“Pesan yang tergurat di dalam pamor keris sebenarnya merupakan rasa, cipta dan karsa sang empu ketika batin dan jiwanya menyatu ke dalam tosan aji,” ujar Empu Fauzan Pusposukadgo.

Lebih lanjut dirinya menambahkan, keris Cahya Buwana sengaja dibuat tanpa luk agar orang yang memilikinya tidak akan goyah pendirianya, lurus dalam perjalanan hidupnya, serta menjadi seorang pemimpin yang berpendirian teguh.

Ketiga logam yang dipakai sebagai bahan dasar keris Cahya Buwana sengaja mengambil baja dari Jepang asli sehingga kekerasanya menjadi sangat luar biasa.

“Tak mudah menempa keris dengan bahan metalurgi baja yang sangat keras sekali,” tegas Pusposukadgo.

Selain harus memakai cara khusus, imbuhnya, diperlukan gerinda asah berbahan baku intan untuk mengasah bilah keris.

Pembuatan keris Pusaka Cahya Buwana yang dibuat oleh Pusposukadgo menjadi satu satunya tosan aji yang ditempa dengan tingkat kesulitan yang sangat tinggi, serta banyak mengandung banyak keanehan saat ditempa.

Gerinda asah intan yang dipakai untuk merampungkan bilah keris saat keris sudah menjadi bakalan tosan aji. Dia sempat kesulitan memasuki proses penyelesaian tahap akhir keris Pusaka Cahya Buwana. Namun atas saran seorang ahli metalurgi baja, sang empu akhirnya berhasil merampungkan keris Cahya Buwana.

Munculnya Sinar Biru
Beberapa peristiwa aneh juga pernah terjadi saat logam bahan dasar keris Cahya Buwana ditempa. Beberapa penempa keris dan empu lain yang menyaksikan prosesi pembuatan kerisa Cahya Buwana kaget, pada saat pijaran api yang keluar dari campuran ketiga logam dasar pembuatan keris Cahya Buwana bagaikan bola api kecil kecil.

“Wujud ini berbeda dibandingkan dengan pijaran bunga api tosan aji biasa yang hanya memancar seperti kembang api,” ungkap Pusposukadgo.

Kekagetan orang orang yang menyaksikan proses penempaan keris Cahya Buwana semakin bertambah nyata, ketika salah seorang spiritual menyaksikan dalam mata batin sebuah sinar biru memancar dari keris Cahaya Buwana yang belum selesai dibuat oleh Pusposukadgo.

“Sinar biru yang memancar tersebut dipercaya merupakan kekuatan wahyu kederajatan, yang melekat di dalam campuran ketiga logam dasar keris Cahya Buwana,” ujar Djoko Suyanto yang menyaksikan proses pembuatan keris tersebut.

Sebagai seorang empu yang sudah puluhan tahun makan asam garam dunia tosan aji, Empu Pusposukadgo baru kali ini membuat keris yang memiliki kekuatan aura ghaib sedemikian besar, meski secara seni kriya dirinya tak mempersoalkan isoteri di dalam keris Cahya Buwana. Tetapi keanehan demi keanehan selama prosesi penempaan keris Cahya Buwana, tak urung membuat hatinya bergetar juga.

Pengalaman dan peristiwa ghaib seringkali mengiringi perjalanan hidup Empu Pusposukadgo, saat dirinya menempa berbagai macam tosan aji, salah satunya di era menjelang reformasi terjadi.
Saat pemerintahan orde baru masih berkuasa, Empu Pusposukadgo pernah memperoleh pesanan membuat tosan aji, berupa keris pusaka oleh Harmoko, yang kala itu menjabat menjadi ketua MPR RI.

Jelang lengsernya pemerintahan Orde Baru, keris pesanan Harmoko berhasil dikerjakan setengah jadi. Namun anehnya keris yang saat itu ditinggal Empu Pusposukadgo mengantarkan istrinya belanja ke pasar, tiba tiba pamornya hancur berantakan. Padahal keris tersebut saat ditinggalkan dalam posisi direndam di dalam air.

Tak diketahui penyebab rusaknya pamor keris yang dibuatnya, hanya saja saat itu masih lekat dalam ingatnya, sehari pasca keris pesanan tersebut pamornya hancur, rumah Harmoko yang ada di kawasan Solobaru rusak terbakar.

Mengetahui hal itu, Pusposukadgo baru menyadari, bahwa rusaknya pamor menjadi sebuah pertanda akan datangnya musibah malapetaka bagi pemiliknya. Meski telah berlalu puluhan tahun, keris tersebut hingga kini masih disimpanya sebagai satu kenangan peristiwa aneh yang dialaminya.
Bahkan beberapa kolektor keris pernah menawar keris pamor rusak tersebut dengan harga mahal, tetapi Empu Pusposukadgo tak pernah berkeinginan untuk menjualnya.

Selain keris Pusaka Cahya Buwana, Empu yang memperoleh gelar dari karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat semasa kepemimpinan PB XII ini juga pernah membuat keris dengan pamor yang tak pernah ada seorang empu membuatnya, yaitu pamor dengan corak vertikal dan horizontal yang saling terikat, juga keris dengan pamor Kalpataru dengan batang dan ranting bagaikan sebuah pohon. siaga.co